Skip to main content

Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:
  • Secara Langsung, yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.
  • Secara tidak langsung, yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang diukur.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus diperhatikan antara lain :
  • alat ukur yang dipakai
  • aturan angka penting
  • posisi mata pengukuran (paralaks).

Kesalahan

Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
  1. Keteledoran, Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.
  2. Kesalahan sistematik, Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran panjang dengan mistas 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm
  3. Kesalahan acak, Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bialangan (kualitatif),
Contoh :
  • kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang
  • pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana
  • pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada percobaan hukum II Newton.

Ketidakpastian pada Pengukuran

Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur.
Beberapa istilah dalam pengukuran:

Ketelitian (accuracy)

adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X0

Kepekaan

adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter

Ketepatan (precision)

adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama.

Presisi, 

adalah berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.

Akurasi

adalah seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya.

Ketelitian alat ukur panjang

  • Mistar : 1 mm
Mistar berskala terkecil memiliki memiliki ketelitian sampai 0,5 mm atau 0,05 cm. Ketelitian alat untuk satu kali adalah setengah skala terkecil. Batas ketelitian ½ x 1 mm = 0,5 mm




  • Jangka Sorong : 0,1 mm
Jangka sorong memiliki ketelitian sampai 0,1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong terdiri dari rahang tetap yang berskala cm dan mm, dan rahang sorong (geser) yang dilengkapi dengan skala nonius yang panjangnya 9 mm dan dibagi dalam 10 m skala. Panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm.
Benda skala antara rahang utamadengan rahang sorong adalah 0,1mm sehingga ketidakpastian dari jangka sorong adalah ½ x 0,1 mm = 0,005 mm

Contoh:
Sebuah benda diukur dengan jangka sorong dengan kedudukan skala seperti pada gambar, maka panjang benda:
Skala Utama = 26 mm 
Skala nonius 0,5 mm 
Batas ketelitiannya ½ skala terkecil = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm 
  • Mikrometer sekrup 0,01 mm
Mikrometer skrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer skrup juga memiliki dua skala , yaitu skala utama yang berskala mm (0,5 mm) dan skala nonius yang terdapat pada selubung luar. Skala nonius memiliki 50 bagian skala yang sama. Bila diselubung luar berputar berputar satu kali, maka poros berulir (rahang geser) akan maju atau mundur 0,5 mm. Bila selubung luar berputar satu bagian skala, maka poros berulir akan maju atau mundur sejauh 0,02 x 0,5 mm = 0,01 mm, sehingga kepastian untuk mikrometer sekrup adalah ½ x 0,01 mm = 0,005 mm untuk pengukuran tungga. Pelaporan hasil pengukuran adalah (X ± DX).

Cara meningkatkan ketelitian antara lain:
  1. Waktu membaca alat ukur posisi mata harus benar
  2. Alat yang dipakai mempunyai ketelitian tinggi
  3. Melakukan pengukuran berkali-kali

Pengukuran dengan jangka sorong


Angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius adalah 2,1 cm dan 2,2 cm. 
Garis nonius yang tepat berhimpit dengan garis skala utama adalah garis ke-5, jadi x = 2,1 cm + 5 x 0,01 cm = 2,15 cm (dua desimal) 
Garis skala utama yang berdekatan dengan tepi selubung luar 4,5 mm lebih. 
Garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis skala utama. 

Cara menentukan / membaca jangka sorong:

Karena ketidakpastian jangka sorong = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pengukuran jangka sorong :

Cara menentukan / membaca Mikrometer Sekrup

X = 4,5 mm + 47 x 0,01 mm = 4,97 mm (dua desimal)
Ketidakpastian mikrometer sekrup ½ x 0,01 mm = 0,005 mm

Comments

Popular posts from this blog

LISTRIK STATIS

Konsep Dasar Listrik Statis Listrik statis ( electrostatic ) membahas muatan listrik yang berada dalam keadaan diam (statis). Listrik statis dapat menjelaskan bagaimana sebuah penggaris yang telah digosok-gosokkan ke rambut dapat menarik potongan-potongan kecil kertas. Gejala tarik menarik antara dua buah benda seperti penggaris plastik dan potongan kecil kertas dapat dijelaskan menggunakan konsep muatan listrik.

KONVERSI SATUAN

Besar atau magnitudo suatu besaran fisik harus terdiri dari suatu bilangan dan suatu satuan. Jika besaran-besaran tersebut dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan atau dibagi dalam suatu persamaan aljabar, maka satuannya juga harus diperlakukan sama seperti bilangan lainya. Contoh : misalkan anda ingin menghitung jarak yang ditempuh oleh sebuah mobil yang bergerak dengan laju konstan 80 km/jam setelah 3 jam perjalanan. (Jarak adalah hasil kali antara laju v dan waktu t  ): s = 80 km/ jam * 3 jam = 240 km Kita mencoret satuan waktu (jam), sama seperti yang biasa kita lakukan dengan bilangan pecahan biasa untuk memperoleh jarak dalam satuan yang benar(km/jam*jam/1=km/1=km). cara seperti ini pun dapat memudahkan kita untuk melakukan konversi dari satu satuan ke satuan yang lainnya. dengan menuliskan satuan-satuannya secara eksplisit dan mencoretnya. Satuan-satuan yang tersisa menyatakan apakah kita memilih faktor yang betul atau yang salah. Contoh : Berapaka...